Rabu, 02 Oktober 2019

Kesan terbaik perjalanan ke Malaysia-Singapura




                Mimpiku adalah naik pesawat. Mungkin kalau orang tahu, aku akan ditertawakan sepanjang hidup. Mimpi kok naik pesawat. Begitu sederhana dan polos mimpi yang kurancang delapan tahun lalu. Aku ingin merasakan semua jenis kendaraan yang ada di dunia. Mulai dari sepeda, becak, motor, mobil, kereta api, kapal laut hingga pesawat. Pesawat lebih tinggi level keinginanku untuk menggapainya sebab menurutku keren jika sudah naik pesawat.
                Perjalanan ini adalah perwujudan mimpiku. Aku harus naik pesawat sendirian. Aku harus berani keluar dari zona nyaman untuk menmbuktikan seberapa beranikah aku mewujudkan mimpi. Pada hari rabu aku mendaftar sebuah event international direct program. Aku paham benar program ini akan menghabiskan banyak uang. Uang untuk biaya program, tiket pesawat, paspor dan uang jajan tentunya jika dikalkulasikan mencapai empat jutaan. Meskipun harus berjuang lebih keras, aku yakin aku bisa mewujudkan mimpi itu tahun ini. Tepat satu minggu aku mempersiapkan segalanya. Mulai dari mengobrak-abrik rekening tabungan sampai lempar proposal ke instansi pemerintah. Akhirnya aku berhasil mengumpulkan uang berkat support dari diri sendiri, keluarga, Beastudi etos, hingga himpunan jurusan.
                Aku berangkat ke Malaysia diantar keluarga. Sebelumnya aku tidak pernah naik pesawat. Karena sangat kebingungan dalam pembelian tiket pesawat yang kuurus sendirian, aku tidak bisa membeli tiket pulang karena tidak ada satupun Bank Indonesia yang bisa melayani pembayaran tiket pulang karena dibayar melalui ringgit. Setelah berani terbang, aku mengira bisa membeli di Malaysia ketika hendak pulang. Ternyata ketika sampai di bandara aku telat beberapa menit dan aku harus membeli tiket pesawat untuk cek in. Petugas bandara memberiku dispensasi lima menit untuk membeli tiket di loket Air Asia Bandara Iskandar Muda. Setelah itu baru aku diperbolehkan masuk. Dari sini aku belajar bahwa untuk keluar negri kita harus membeli langsung tiket pulang-pergi agar tidak disangka sebagai TKI ilegal oleh pihak bandara.
                Setelah naik pesawat, aku benar-benar membayangkan semua perjuanganku dalam mewujudkan mimpi untuk bisa terbang sampai aku benar-benar menangis. Sesampainya di KLIA2 aku benar-benar seperti anak bodoh yang mencari-cari sesuatu. Padahal yang harus kulakukan di bandara setelah mendarat adalah imigrasi. Aku tidak langsung antri, justru menikmati suasana dengan memegang handphone dan berlalu lalang melihat keindahan bandara. Setelah itu baru aku imigrasi, dan antriannya itu panjang sekali. Aku menemukan perbedaan sikap negaraku dengan negara ini. Bahwa budaya antre di Malaysia sangat kental sekali. Tertib dan rapi.
                Setelah satu hari di Malaysia, aku melanjutkan perjalanan ke Singapura. Di sini aku benar-benar menemukan suatu kebiasaan luar biasa. Jika di Aceh molor adalah kebiasaan maka di singapura jangan coba-coba. Sedetik terlambat maka kita akan kehilangan. Tidak ada orang yang berjalan santai, semua bergegas karena ingin mencapai suatu tujuan dengan tepat waktu. Singapura juga memperkenalkan aku betapa nyamannya hidup di lingkungan yang bersih. Katanya setiap yang membuang sampah sembarangan akan dikenai denda. Begitulah negara maju menerapkan peraturan kecil untuk kenyamanan yang lebih besar cakupannya.
                Aku juga menemukan pesan berharga dari pembelajaran di kelas Singapore Management University bahwa mahasiswa seharusnya sudah bisa mandiri dengan kakinya sendiri. Part time adalah salah satu solusi untuk bekerja disaat tidak ada jam kuliah. Sehingga setelah mendapatkan gelar dari sebuah universitas mahasiswa tidak berfikir lagi harus bekerja di pemerintahan tetapi bisa membangun brend sendiri untuk memulai suatu usaha.
 Singapura adalah negara yang kecil, karena bisnisnya yang diinovasi terus menerus menjadi negara maju dalam dunia bisnis. Padahal mereka menggunakan produk-produk dari luar untuk di inovasi menjadi produk baru dengan bahan dasar dari orang lain. Kegiatan ini sangat menguntungkan apalagi dilakukan secara konsisten sehingga mendapatkan output melimpah dari hasil inovasi yang dikembangakan.
Beranjak dari hal itu, tiga hari perjalalanan Malaysia-Singapura harus segera ku akhiri. Ketika pulang aku harus berpisah dengan teman-teman di MRT dan segera menuju loket tiket bus Singapura-Malaysia. aku sampai di Malaysia pukul 12 malam, lanjut membeli tiket bus menuju bandara. Di Bandara KLIA2 aku merasa sangat lelah tapi harus terus berjuang agar tidak ketinggalan pesawat meskipun waktu masih menunjukkan pukul 3 malam karena jadwal pesawatnya jam 7.30 WIB. Aku memulai cek in dan berkeliling bandara yang sangat luas itu. Setelah semuanya selesai, aku memulai mencari tempat istirahat. Sendirian di bandara dengan lelah yang luar biasa. Akhirnya aku duduk di sebuah toko dalam bandara tersebut hingga melihat pukul 5 pagi, bergegas masuk ke musalla untuk segera bersiap-siap salat subuh. Sembari menunggu salat subuh aku ketiduran sampai pukul 6. Akhirnya melanjutkan salat dan mulai berjalan lagi menuju P19 untuk segera memasuki pesawat. Ternyata selama aku berjalan sampai di musalla bandara belum cukup jauh. Menuju p19 itu menguras waktu setengah jam juga sebab kakiku sudah tidak kuat lagi. Mata yang sangat lelah karena tidak tidur seharian.
Akhirnya aku memaksa diri untuk berlari agar tidak ketinggalan pesawat. Sampai di antrian terakhir aku menyeret tubuh untuk sedikit lagi sampai di kursi pesawat dan bisa melepas lelah sejenak dengan tidur walaupun perut keroncongan. Inilah kisah perdana ke angkasa dengan keberanian hanya karena mimpi.